Tampilkan postingan dengan label lifestyle. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lifestyle. Tampilkan semua postingan

8 Manfaat Telur Puyuh, Kesukaan Seo Ye Ji di It’s Okay to Not Be Okay

Pecinta drama Korea pasti sudah tidak asing lagi dengan salah satu scene di drakor It’s Okay to Not Be Okay, saat Koo Moon Young kesulitan mengambil telur puyuh kesukaannya dengan memakai sumpit, kemudian disarankan memakai sendok. Makannya sekali "hap' pula! Ketika dia menyantap telur tersebut pemirsa seolah terbawa dan terbayang,betapa enaknya masakan telur puyuh disitu ya, Bun!


                                           Enak banget, maemnya (https://www.youtube.com/@victorypeace8043)



Telur puyuh adalah telur yang dihasilkan oleh burung puyuh petelur (Coturnix japonica). Di Indonesia telur puyuh banyak digemari. Kerap ditemukan di warung soto, bubur ayam, ataupun warung angkringan dalam wujud sate telur puyuh. Selain itu  kerap pula dimasak dalam bumbu semur, bumbu pedas, campuran sop, isian bakso dan aneka masakan lain.

baca juga Resep Rawon Daging Sapi


Telur puyuh yang tersaji dalam drakor Its Okay to Not Be Okay dinamakan Maechurial Jangjorim. Telur puyuh dimasak dalam bumbu-bumbu di antaranya bawang putih, saus tiram, dan kecap manis. Sekilas mirip semur telur atau telur bumbu kecap a la Indonesia.

baca juga telur bumbu kecap


Kenapa telur puyuh digemari? Ternyata walaupun ukurannya kecil tetapi banyak mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi tubuh.


                                 Sate telur puyuh (Wikipedia commons)


Simak yuk, apa saja manfaat telur puyuh bagi tubuh kita!


Tinggi protein

Dalam 5 butir telur puyuh terkandung protein yang setara dengan 1 butir telur ayam. Protein pada telur bermanfaat untuk menjaga stamina tubuh, sumber energi, dan menjaga massa otot. Ukurannya yang kecil justru adalah kelebihan, karena mudah disajikan pada anak-anak.


                                 Gambar oleh Karyna Panchenko dari Pixabay

Menjaga kesehatan jantung

Telur puyuh memiliki kandungan zat besi dan selenium yang lebih tinggi daripada telur ayam. Kombinasi zat besi dan selenium mampu memelihara pembuluh darah sehingga ikut menjaga kesehatan jantung.


                                     Mencegah anemia

  Anemia adalah kurangnya haemoglobin dalam darah. Hemoglobin sendiri sangat terpengaruh oleh adanya zat besi. Telur puyuh adalah salah satu penghasil zat besi terbaik sehingga mengkonsumsi telur puyuh dalam jumlah yang cukup dapat mencegah anemia.


                                      Mengatasi alergi 

 Biasanya telur mengandung allergen yang kerap memicu alergi bagi penderitanya. Tetapi berbeda dengan telur puyuh. Kandungan ovomucoid pada telur puyuh mampu mengatasi gejala alergi yang timbul.

Foto oleh Klaus Nielsen: www.pexels.com


Meningkatkan kinerja otak

Kandungan kolin pada telur puyuh mampu merawat sel-sel otak dan mempertajam daya ingat.

 

     Mengatasi Esofagitis Eosinofilik

Dalam sebuah jurnal Scientific Report (2018) dikatakan telur puyuh mungkin dapat mengatasi gejala esophagitis eosinofilik, yaitu kondisi peradangan kronis dalam dinding kerongkongan yang menyebabkan penumpukan eosinophil (sel darah putih yang berperan dalam reaksi alergi). Meskipun demikian, masih diperlukan uji klinis lebih lanjut untuk membuktikan klaim tersebut.


Meningkatkan kesuburan dan mencegah penuaan dini

Protein pada telur puyuh sangat baik bagi metabolisme tubuh. Protein, zinc dan fosfor pada telur sangat bermanfaat pada peningkatan kuantitas dan kualitas sperma. Selain itu kandungan lutein pada telur puyuh bermanfaat dalam mencegah penuaan dini.


Sangat baik bagi anak dan balita

Bagi mereka yang dalam masa pertumbuhan, sangat disarankan mengkonsumsi telur puyuh, karena gizinya yang komplit dan mudah dicerna tubuh. Resiko alergi yang lebih ringan menyebabkan telur puyuh lebih aman bagi anak dan balita. 



Gambar oleh Kreingkrai Luangchaipreeda dari Pixabay


Meskipun dikatakan merupakan penyebab tingginya kadar kolesterol, sebenarnya telur puyuh “tak sejahat itu”. 

Sebanyak 60% kandungan lemak dari telur puyuh adalah kolesterol baik atau HDL yang mampu melawan kolesterol jahat.  

Selain itu perlu diingat takaran yang cukup dalam mengkonsumsi telur serta memperhatikan asupan dari sumber makanan lainnya.

Cara memasaknya pun akan mempengaruhi kadar lemak tersebut. Lebih baik merebus daripada menggoreng, serta batasi penggunaan garam, gula, pengawet, dan perasa tambahan.


 











Taru Martani Coffe and Resto 1918 : Nikmatnya Ngafe di Pabrik Cerutu Legendaris Yogya

 

Beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa rekan wali murid  berkesempatan ngumpul bareng selepas anak-anak menyelesaikan studinya di SMA. Lucunya, anaknya yang sekolah, tetapi emak-emaknya yang lebih dulu reunian. Dipersatukan oleh kesamaan uniknya mengurus anak menjelang dewasa, menjadikan kami bisa kompak dan tetap menjaga silaturahmi hingga saat ini.


Taru Martani Coffe and Resto 1918 adalah tempat yang kami pilih. Lokasinya strategis di tengah kota sehingga cukup adil untuk semua peserta dan terlebih lagi di sini banyak spot foto yang cantik.


                                 Di depan pabrik cerutu Taru Martani 1918  (Foto : dok.pribadi)


Terletak di kawasan Baciro, tidak jauh dari stasiun kereta api Lempuyangan, kafe ini adalah bagian terdepan dari Pabrik Cerutu Taru Martani. Pabriknya sendiri telah berdiri sejak tahun 1918 dan hingga kini masih beroperasi memproduksi cerutu. Tidak heran kenapa pabrik ini dinamakan Taru Martani, yang berarti daun untuk kehidupan. Daun tembakau yang merupakan bahan baku utama dari pembuatan cerutu, mampu menghidupi puluhan karyawan beserta keluarganya. 

Dengan arsitektur asli khas Belanda, pabrik Taru Martani sekaligus menjadi cagar budaya dan potensi wisata di Yogyakarta. Pengunjungnya justru kebanyakan dari wisatawan mancanegara yang ingin menyaksikan langsung pembuatan cerutu khas Indonesia. Di sini juga disediakan produk-produk tembakau keluaran PD Taru Martani, seperti tembakau shaq, aneka cerutu dan rokok dari brand-brand yang tidak pasaran, seperti Senator dan Violin.


Di halaman pabrik yang sangat luas inilah berdiri Taru Martani 1918 Coffee. Nuansanya klasik bercampur modern. Makanan dan minuman bisa dinikmati di ruangan terbuka di halaman dan taman-taman, namun juga disediakan ruangan indoor. Ada panggung kecil yang pada waktu-waktu tertentu menyajikan live music. Untuk pengunjung yang suka berfoto, tempat ini pas banget. Foto bergaya vintage bisa didapat dengan berpose di sekitar area pabrik ataupun beberapa sudut yang ditata bernuansa jadul.


                                 Salah satu sudut Taru Martani Coffee 1918, banyak foto-foto kuno terpajang di                                         dindingnya (Foto : dok.pribadi)

                                  (Foto : dok.pribadi)


Menu yang ditawarkan cukup variatif. East meet West. Cocok untuk segala usia. Ada gado-gado hingga steak, aneka rice bowl dan ice cream sandwich. Yang unik adalah beberapa hidangan menyertakan kecombrang di dalamnya. Nasi goreng kecombrang bahkan kopi kecombrang. Bagi petualang rasa yang ingin mencoba sesuatu yang baru, pas sekali. Saya mencicipi nasi goreng kecombrang yang ternyata rasanya enak, secantik tampilannya. Ada juga nasi goreng ubi merah dan oriental. Nama minumannya pun unik, ada Kopi Kalacakra yang merupakan perpaduan kopi, gula aren dan daun pandan. Aromanya menenangkan, sesuai dengan namanya yang bermakna “tolak bala”. Kopi Nawaruci tak kalah seru. Diharapkan mengandung kebaikan dalam tiap tetesan, sesuai dengan namanya, dalam Kopi Nawaruci terdapat campuran nanas, jeruk, dan kecombrang. Cocok dinikmati saat cuaca panas.


                                   Kopi tarumartani (foto : instagram.com/tarumartani1918coffee)


                                            Nasi gorengnya warna warni, ya (foto : dok. Pribadi)


 Ah, jadi kangen ngopi dan ngobrol di sini lagi. Bahkan saat gerimis pun kami tetap berfotoria. Pokoknya mangan ora mangan asal foto…eh kumpul…hehee..

 

Salam kangen untuk Moms Ex Namche MIPA V



Memanfaatkan Peluang di Tengah Pandemi

 

Mencari peluang di tengah bencana, adalah cara bertahan hidup  yang alami. Apalagi dengan adanya pandemi panjang seperti yang terjadi saat ini. Peluang yang sudah ditemukan tidak akan memberi manfaat apapun kecuali dimanfaatkan dengan sebaik mungkin.

Bagaimana cara memanfaatkan peluang yang ada di tengah pandemi? Memanfaatkan peluang di sini tidak semata harus bernilai ekonomis. Tidak semua orang harus jualan. Berikut  beberapa hal kecil yang mungkin berguna.


Lebih Banyak Waktu untuk Rumah


sumber : pixabay




               Masa kuncitara atau istilah asingnya lockdown memang tidak menyenangkan. Tidak bebas pergi kemana pun yang kita mau. Ada syarat-syarat dan protokol kesehatan ketat yang harus ditaati. Dengan adanya pembatasan ini, ada peluang yang bisa dimanfaatkan, di antaranya adalah waktu. Waktu luang yang biasa dihabiskan dengan bepergian, bisa dimanfaatkan misalnya untuk lebih memperhatikan kondisi rumah. Biasanya jika akhir pekan tiba,kita sibuk berkemas untuk jalan-jalan. Kapan lagi bisa meluangkan waktu untuk lebih memperhatikan isi rumah kita? Memilah perabotan, menyusun koleksi majalah atau novel-novel lama, menyisihkan pakaian pantas pakai untuk disumbangkan, dan banyak lagi hal-hal kecil dalam rumah yang terkadang luput dari perhatian karena kurangnya waktu.


Guru Privat bagi Anak

sumber : pixabay


               Pembelajaran jarak jauh membuat fungsi guru di sekolah sebagian besar berpindah pada orang tua. Mau tidak mau orang tua harus terlibat dalam KBDR ini.  Untuk anak saya yang sudah menginjak bangku SMA, biasanya saya hanya berfungsi sebagai penyedia bekal, penyedia uang saku, dan hanya sesekali mendengar cerita-ceritanya tentang sekolah atau teman-temannya.  Tetapi dengan adanya KBDR, saya bisa tahu lebih banyak tentang kegiatan sekolahnya. Bahkan bisa tahu suasana kelasnya melalui zoom. Iya, sesekali saya ikut mendengarkan zoom atau google meet kelasnya.  Anak saya yang biasanya “gaul” dan banyak kegiatan di luar, memiliki lebih banyak waktu bermain dengan adiknya yang masih SD.


Untuk anak yang masih sekolah dasar, akan lebih banyak lagi pendampingan yang harus dilakukan. Positifnya adalah kita bisa tahu secara langsung  perkembangan anak. Bagaimana cara dia menyimak materi yang diberikan guru. Mengajari cara menulis yang lebih rapi, bersama-sama membuat prakarya, dan yang paling seru menurut saya adalah membuat video tugas. 

Tugas yang diberikan guru memang sengaja harus melibatkan anggota keluarga. Saya selalu senang jika ada kegiatan membantu tugas rumah tangga. Anak bisa dilatih menyapu, menjemur baju, dan memasak. Aktivitas ini selain melatih tanggung jawab anak, juga mendidik kemandirian dan ketrampilan dasar dalam kehidupan.


Inilah yang saya  sebut sisi positif dari pandemi. Satu anak memiliki satu guru. Anak seolah memiliki guru privat. Meskipun harus ada yang dikorbankan yaitu waktu orang tua. Tapi demi pendidikan anak, demi membentuk kenangan manis dengan orang tuanya saat KBDR,  apa yang memberatkan kita?

 

Mengembangkan Potensi Diri

sumber :pixabay


            Mungkin selama ini kita tak sempat memikirkan potensi diri yang tersimpan. Entah karena kesibukan atau hal lain. Justru di saat pandemi ini, di sosial media banyak penawaran untuk aneka ragam kursus jarak jauh. Tanpa perlu menghabiskan waktu di perjalanan, kita bisa belajar sesuai minat. Semenjak pandemi, saya pribadi mengikuti kursus menulis online. Sesuai hobi saya.  Dari kursus ini saya jadi bisa berkenalan dengan banyak perempuan dengan kesukaan yang sama, yaitu menulis. Dari kursus menulis berlanjut ke pembuatan blog. Hingga mempercantik dan mengoptimalkan blog.  Beruntung sekali karena bisa menambah jejaring sosial dan sekaligus meraup ilmu. 

baca juga : 5 Cara Meningkatkan Potensi Diri untuk Hidup Lebih Sukses

 

Peluang Menebar Kebaikan


sumber : liputan 6.com


            Semenjak pandemi, banyak digalakkan lumbung sosial, terutama di pedesaan. Seperti yang dilakukan beberapa wilayah di Yogyakarta. Sebut saja Lumbung Rejodani di Yogyakarta, dimana warga menggantungkan plastik-plastik berisi sembako yang bebas diambil oleh siapapun yang membutuhkan. Atau Dapur Musafir di Jawa Barat. Di Dapur Musafir, pemrakarsanya adalah seniman. Seperti kita tahu, banyak seniman yang terkena imbas pandemi ini, dan mereka kompak untuk saling dukung dan menguatkan.

            Berangkat dari ide yang sama, seorang ibu di  Kelurahan Jajar, Laweyan Solo juga melaksanakan pembagian bahan masak mentah kepada tetangga sekitar. Namun untuk menghindari kerumunan, bahan masakan ini diantar dari rumah ke rumah. Proses pengantarannya pun diatur, misalnya minggu ini untuk warga RT 1, maka minggu berikutnya sumbangan diberikan ke RT 2, dan seterusnya.


 Ide saling berbagi lahir dari keprihatinan warga karena masa pandemi  yang panjang ini menyebabkan goncangnya perekonomian masyarakat. Keterbatasan mobilitas dan banyaknya pemutusan hubungan kerja mengakibatkan daya beli menurun.  Bagi mereka yang mampu, akan bersedekah bahan masakan atau sembako, dan bagi yang membutuhkan, bisa mengambil dari rak tersebut dengan cuma-cuma. Kelihatannya sederhana, namun inilah pengejawantahan gotong royong yang sebenarnya.  Warga saling menguatkan, siaga menghadapi bencana, baik bencana kesehatan, maupun imbasnya yaitu bencana ekonomi.

 

Mulailah melihat ke sekeliling. Banyak hal baik yang bisa dilakukan, banyak peluang terbuka lebar,  selain mengeluhkan pandemi berkepanjangan.

Yuk, bisa yuk!



Tulisan ini Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting

5 Cara Meningkatkan Potensi Diri untuk Hidup Lebih Sukses

 

“Tuntutlah ilmu mulai dari buaian hingga ke liang lahat”


                Dari kalimat tersebut jelas tersirat bahwa tidak ada batasan umur dalam mencari ilmu. Ilmu adalah suatu anugrah, tanda kebesaran Allah dan mendapatkan banyak limpahan berkah bagi mereka yang tak putus mencari ilmu.

 

                Bertambahnya ilmu akan meningkatkan potensi diri. Kita tak pernah tahu apa sesungguhnya bakat yang terpendam dalam diri kecuali ada pemicu atau ada upaya untuk menggalinya. Siapa sangka seorang penjual Ayam Kremes di Malioboro, misalnya, sebenarnya berbakat menjadi penyanyi kelas festival? Potensi menyanyinya tak akan tereksploitasi dengan maksimal jika ia tak pernah menunjukkan kebolehannya bernyanyi di muka umum.


Seorang Chef Juna tidak akan bisa menjadi Master Chef terkenal jika dia tidak meningkatkan potensi dirinya sebagai seorang server (pelayan) menjadi seorang chef.  Dari podcast di channel YouTube Dedy Corbuzier bisa kita ambil pelajaran bahwa jalan hidup Chef Juna begitu berliku dan pada awalnya bahkan jauh sekali dari dunia kuliner.


Merantau ke Amerika seorang diri demi cita-cita menjadi pilot. Krisis ekonomi membuat keuangan keluarganya kacau dan Juna muda banting setir menjadi pelayan restoran demi bertahan hidup. Karena dia menunjukkan performa kerja yang baik, Chef Masternya pada saat itu menawarkan untuk mendidiknya secara langsung.


Di sinilah titik balik perjalanan  Chef Juna di dunia makanan. Tidak puas sampai di situ, Chef Juna terus berusaha mengembangkan potensi dirinya dengan belajar terminology dunia dapur dari perpustakaan umum yang buka 24 jam. Tanpa menempuh Pendidikan kuliner secara formal, Chef Juna bisa menjadi Chef secara otodidak.


                Cerita singkat tentang Chef Juna di atas adalah gambaran  betapa gabungan antara keberuntungan, kekuatan niat dan kesungguhan belajar akan merubah nasib seseorang.

 

                Kita mengenali diri sendiri dan apa passion besar yang ingin dicapai saat ini. Jangan ragu mengambil langkah untuk menuju perbaikan. Banyak cara untuk meningkatkan potensi diri, tergantung dari  bakat dan minat masing-masing. Beberapa caranya adalah sebagai berikut :


                                             gambar dari Pixabay

 

Kenali Diri dan Tujuan dalam Hidup

Peribahasa lama mengatakan : “kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak nampak”. Begitu pula dengan mengenali diri. Kadang kita lebih pandai mensifati orang lain, tetapi tidak tahu kelemahan maupun kekurangan diri sendiri. Mengenali diri dengan baik akan membuat kita memahami juga apa tujuan dalam hidup. Canangkan  suatu cita-cita. Seperti harapan dan tujuan, cita-cita akan menjadi gairah dalam menjalani kehidupan.

 

 

Belajar Otodidak atau Berguru secara Khusus

Seperti hal nya Chef Juna. Belajar tak harus dalam suatu institusi. Banyak contoh orang sukses yang bermula dari belajar otodidak. Di mana ada kemauan maka di situlah ada jalan.  Selain belajar sendiri, keahlian bisa didapat dari pengamatan atau berguru langsung kepada sang ahli. Bukalah hati dan pikiran agar mudah menyerap ilmu baru. Rendahkan ego saat menerima ilmu. Terlalu “sok tahu” atau merasa “lebih pintar” kadang menjadi penghalang untuk mencapai kemajuan.

 

Memperluas Pertemanan

Banyak berteman akan memperluas pengetahuan. Pilihlah teman yang mampu memberi efek positif kepada kita. Potensi diri akan otomatis berkembang jika kita bergaul dengan mereka yang mau maju. Mengambil contoh dari pengalaman saya sendiri. Mulanya saya hanya senang menulis untuk diri sendiri, blog saya minimalis.  Ketika takdir mempertemukan saya dengan teman yang suka menulis, lalu diajak bergabung dengan komunitas menulis, saya menjadi  tertarik mengupgrade blog. WhatsApp grup yang saya ikuti  isinya blogger-blogger handal dan berpengalaman, otomatis mempengaruhi saya untuk terus belajar dan meningkatkan kemampuan dalam dunia blogging.

 

Mencoba Hal Baru

 

Melakukan aktivitas yang selalu sama mulai dari matahari terbit hingga beranjak tidur mungkin menjadi membosankan. Rutinitas pada pekerjaan utama memang harus dilakukan, namun tiada salahnya jika sesekali meluangkan waktu mencoba hal baru. Mungkin dengan menemukan hobi baru yang selama ini tak terpikirkan, akan muncul potensi terpendam.

 

Niat saja Tak Cukup, Lakukan!

Sudah menemukan potensi diri dan berniat untuk mengembangkannya. Itu saja tidak cukup. Seringkali keasyikan mencoba-coba hal baru dan berniat ini-itu, hanya berhenti pada kalimat : sebenarnya saya ingin, tapi..

Jangan hanya berhenti di niat. Melakukan hal baik janganlah ditunda-tunda. Lakukan agar potensi dirimu tak sebatas pada niat.

 

Yuk, bisa yuk, menggali potensi diri untuk menjadi dirimu yang lebih dari sekarang.


Tulisan ini Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting



Ibu Era Digital menjadi Canggih karena Gadget

 

Kemajuan zaman dan derasnya perkembangan teknologi  membuat kaum perempuan yang biasa berada di ranah domestik kini semakin merambah ranah publik.  Suatu pekerjaan atau keahlian kini tidak terkotak-kotak oleh gender.  Bahkan perempuan yang bekerja akan memiliki peran ganda, yakni mengurus rumah tangganya dan bertanggung jawab pada karir ataupun pekerjaan.


Menurut pendapat saya, peran perempuan haruslah dimulai dari pembentukan pola pikir perempuan tersebut. Mindset wanita masa kini seharusnya  bukan sebagai sekedar pendamping apalagi pelengkap. Misalnya, istri itu mitra suami. Bukan sekedar hiasan rumah tangga.  Perempuan berperan krusial dalam pembangunan. Minimal dalam bergerak dalam mendukung keluarganya. Perempuan harus berdaya. Memberdayakan diri sendiri lalu kemudian jika mampu, memberdayakan orang sekitarnya.


Era digital jika dimanfaatkan dengan tepat bisa menjadi ajang meningkatkan potensi diri. Perempuan-perempuan pemegang gadget seharusnya tidak hanya memanfaatkan kecanggihan alat ini hanya untuk sekedar chatting, foto-foto, atau update status. Alat pintar di tanganmu itu bisa mengeluarkan keajaibannya jika dikendalikan dengan tepat.


                                    gambar dari Pixabay


Ibu Pintar karena Gadget

Masa belajar dari rumah membuat anak-anak sedikit banyak tergantung pada orang tuanya. Terutama pada ibu. Apalagi untuk mereka yang masih berada di sekolah dasar. Ibu, harapan anak,harus serba bisa, serba tahu. Caranya? Buka internet.  Jangan kalah pintar dari anak, Bu. Misalnya sekolah mengharapkan memahami tentang planet. Ibu pintar akan mengisi amunisi dengan sebanyak-banyaknya membaca tentang planet. Malas membaca? Ada macam-macam video tentang planet.  Pokoknya, manfaatkan dan galilah ilmu  sebanyak-banyaknya agar anak kita tidak kecewa saat bertanya. Ingatlah, bahwa ibu adalah sekolah pertama bagi anak. Mengajarkan ilmu atau hal-hal baik pada anak, pahalanya besar.

 


Ibu Jago Masak karena Kursus Online

Kejutkan suami dan anak-anak dengan masakan a la restoran. Selain lebih sehat dan hemat, rasanya  bangga bisa menyajikan hidangan spesial untuk keluarga. Jika ada niat yang kuat, pasti ada jalan. Banyak kursus  masak online yang bisa diikuti saat ini. Tutorial memasak dari YouTube pun bisa dijadikan guru masak online. Pilih channel yang meyakinkan. Bisa dari pemilik akun, subscribernya, atau dari komentar dalam video tersebut. Karena sekarang ini banyak akun abal-abal, dengan judul click-bait, namun isi kontennya hanya asal-asalan.

Tidak sempat belajar memasak walaupun secara online, namun tetap ingin menyajikan masakan spesial untuk keluarga? Don’t worry be happy. Ada Go-Food, ada Grab- Food.  Ada pula aplikasi yang menyediakan menu masakan komplit namun dalam bentuk mentah, lengkap mulai dari bumbu hingga sayur atau dagingnya.  Jadi sudah ditakar jumlah bumbu dan bahan pelengkapnya. Minim resiko gagal dan kemungkinan besar, enak.

 


Ibu Membantu Perekonomian Keluarga

Adanya beraneka media belanja online seperti  Tokopedia, Lazada, Bukalapak, Shopee, Sociola, dan banyak lagi jenisnya, menggerakkan perekenomian negara. Berapa banyak kaum perempuan yang terlibat di dalamnya? Banyak. Tak dipungkiri, perempuan suka berbelanja. Apalagi kemudahan yang ditawarkan dari belanja online ini sangatlah menggiurkan.  Tak  hanya belanja, melalui toko-toko ini, perempuan bisa menambah penghasilan keluarga dengan berjualan secara online.  

Syarat untuk berjualan online tidaklah sulit. Modalnya juga tidak sebesar membuka toko offline. Jika Anda bukanlah produsen, bisa menjadi reseller produk. Dengan keahlian perempuan dalam bersosialisasi, dia akan luwes memasarkan produk jualannya. Salah satu kelebihan perempuan adalah komunikasi. Tak heran jika menulis status WhatsApp bisa panjang lebar. Keahlian ini bisa dimanfaatkan dalam mempromosikan usahanya di media sosial.

Pernah dengar istilah ghost kitchen?  Dapur hantu alias tidak ada restonya tapi masakannya beredar hingga kemana-mana. Inilah enaknya jualan lewat media sosial.  Dengan modal foto produk yang menarik dan upload yang gencar di media sosial, produk akan dikenal dan banyak pembeli. Namun, kejujuran dan amanah tetap harus diutamakan jika ingin usaha yang langgeng.


Era digital ini membuat jangkauan kita diperluas. Dunia menjadi dekat dengan teknologi. Kemudahan itu ada dalam genggaman.

Nah, siapa bilang ibu bukan pemeran dalam era digital ini?


Tulisan ini Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting

Memandang Resesi dari Dapur Rumah Tangga

 

Beberapa waktu yang lalu, saya berada di tengah perbincangan para ibu pemilik warung makan di seputaran Rumah Sakit Sardjito, Yogyakarta.  Sebelum pandemi COVID -19, omzet mereka bisa sampai jutaan per bulan dengan pendapatan terbesar dari penjualan air panas. Maklum, Sardjito adalah rumah sakit besar di Yogyakarta sehingga banyak pasien yang dirawat di dalamnya. Keluarga pasien yang menunggu pasti membutuhkan air untuk minum. Biasanya mereka membawa termos sendiri dari rumah, dan diisi ulang di warung-warung seputaran rumah sakit. Semenjak pandemi, pendapatan para pedagang sekitar RS Sardjito menurun drastis. Ibu-ibu warung tadi bahkan mengatakan, kadang tidak sampai seratus lima puluh ribu sebulan. Peraturan pembatasan sosial menyebabkan pengunjung dan penunggu pasien dibatasi. Inilah yang menyebabkan menurunnya pendapatan para pedagang.  



                                                 pedagang pasar (foto dari Pixabay)


            Pedagang Sardjito hanyalah sebagian contoh dari mereka yang terdampak perekonomiannya. Secara global, seluruh dunia pun terdampak karena krisis berkepanjangan. Banyaknya pemutusan hubungan kerja otomatis membuat  daya beli menurun. 

 

Dalam channel YouTube Kompas Bisnis, diungkapkan bahwa resesi terjadi sejak April hingga September 2020, dan kini yang harus dihadapi adalah berusaha bangkit dari resesi.

 

Resesi boleh saja terjadi, tetapi hidup juga masih harus terus berjalan.  Keluarga tetap butuh makan, dan anak-anak tetap butuh biaya sekolah. Oleh karenanya yang harus kita lakukan adalah mengendalikan pengeluaran dan belanja sesuai kebutuhan.  Jika ingin bangkit resesi adalah kita harus bisa memenuhi kebutuhan saat ini, namun tetap terkendali. Gunanya adalah agar bisa memanfaatkan peluang mendapatkan pertumbuhan di masa depan. Kemampuan bertahan hidup sangatlah diperlukan dalam saat-saat seperti ini.

Baca juga : Meningkatkan Literasi Keuangan bagi Ibu Rumah Tangga

 

Mengendalikan Pengeluaran


Konsumsi keluarga tidak mungkin kita stop, tapi bisa dikendalikan. Pengeluaran keluarga yang harus terjadi adalah bahan makanan pokok, listrik, air, telpon, dan pulsa atau kuota. Jika benar-benar keuangan mepet, fokus pada hal ini saja.  Misalnya saat keadaan normal, keluarga biasa makan dengan daging dan ikan. Pada saat bangkit dari resesi ini, kendalikan dan kombinasikan menu keluarga dengan protein nabati dari tahu dan tempe yang lebih ekonomis.

 

Melirik Peluang Usaha


Di sisi lain, ada peluang yang terbuka untuk alternative menambah pemasukan. Misalnya peluang usaha UMKM. Pengeluaran pada belanja dapur bisa terbantu dengan mencoba menanam sayuran sendiri di rumah. Selain lebih sehat, juga bisa menghemat pengeluaran. Ada seorang teman yang selama WFH memanfaatkan waktunya untuk belajar hidroponik. Ternyata berhasil. Tidak saja mampu mencukupi kebutuhan sayuran dalam rumah tangganya, namun teman ini bisa mendapat penghasilan tambahan dari berjualan sayur organik. Apalagi di masa pandemi ini, makanan yang sehat  dan organik dipercaya menguatkan system imun. Konsumennya banyak dan laris manis.  Seorang teman yang lain,karena dirumahkan oleh perusahaannya, dia menekuni usaha kue. Usaha kuenya belum begitu maju dan pendapatannya  tidak sebesar saat masih menjadi karyawan, namun saat ini dia bahagia bekerja sesuai hobi masa kecilnya.

 

Belanja Sesuai Kebutuhan


Situasi krisis ekonomi saat ini agak berbeda dengan krisis di beberapa waktu sebelumnya karena harga-harga tidak mengalami lonjakan yang signifikan.  Namun daya beli lah yang menurun. Oleh karenanya harus pintar dalam berbelanja. Misalnya membatasi belanja pada kebutuhan pokok saja. Kebutuhan sekunder apalagi tersier, minggir dulu, deh!  Daftar belanja bulanan keluarga bisa membantu memetakan kebutuhan mana yang benar-benar harus ada seperti sembako dan kebutuhan yang bisa ditunda seperti berbelanja baju.  Prinsip “dahulukan kebutuhan daripada keinginan” harus benar-benar dipakai.

 

Kata Eros Djarot , badai pasti berlalu. Selama badai terjadi kita harus kuat agar tidak hancur di dalamnya. Berlindung dan bertahan di tempat aman sampai saatnya matahari akan bersinar lagi dan kita bisa melompat lebih tinggi. Ah,  itu sih, potongan lirik lagu! Pokoknya kita tidak boleh berhenti berharap. Selalu ada harapan untuk masa depan yang lebih baik. 


Tulisan ini Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting 

Bersemangat Mewujudkan Harapan di Masa Depan

 

“Saya selalu percaya--dan ini lebih merupakan sesuatu yang mistis--bahwa hari esok akan lebih baik dari hari sekarang.”
― 
Pramoedya Ananta Toer




            Yap, masa depan adalah misteri. Namun bukan berarti kita harus masa bodoh kepada apa yang akan terjadi kelak. Justru harus optimis untuk berusaha mempersiapkan masa depan. Walaupun takdir telah ditentukan oleh Allah, manusia tetap wajib berikhtiar.



            Selama ini terkadang kita sering mengeluh. Menyesali pilihan-pilihan hidup atau kejadian yang menimpa di masa lalu. Semuanya membuat manusia lupa bersyukur. Lupa bahwa akan ada perubahan yang mungkin tak pernah terpikirkan sebelumnya, di masa yang akan datang. Padahal, kemampuan bernafas  yang masih diberikan Allah sampai detik ini, adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan berbuat menjadi lebih baik. Setiap hari baru adalah kesempatan mengubah hidup.


            Mewujudkan masa depan bisa ditafsirkan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang kekal di akherat dan juga persiapan kehidupan di dunia. Menurut saya, semua yang kita lakukan akan hampa jika tidak ada pengharapan di dalamnya. Harapan akan kehidupan yang lebih baik di masa depan, membuat kita terus bergerak dan bersemangat setiap harinya.


            Saat ini, sebagai seorang ibu dari dua orang putra, masa depan saya terkait dengan mereka dan keluarga kecil kami. Harapan akan masa depan yang lebih indah,  saya mulai dari :

 

Investasi pada kesehatan anak dan keluarga.


Selalu memberikan asupan makanan yang sehat dan bergizi pada keluarga, adalah investasi bagi kesehatan di masa depan. Memasak sendiri menu makanan harian selain baik bagi kesehatan, juga baik bagi kesehatan keuangan. Selain lebih irit dibanding jajan, bahan-bahan yang “nyemplung” dalam makanan, semua sepengetahuan kita. Selain lewat makanan, keluarga kami termasuk rajin berolah raga. Apalagi selama pandemi panjang ini, kebersamaan keluarga sering terjadi saat  olah raga bersama, seperti bersepeda, main badminton, dan juga berenang.

 

Persiapan Biaya Pendidikan

Persiapan biaya pendidikan anak bukan melulu tergantung pada asuransi pendidikan.  Ada banyak cara lain semisal berinvestasi pada logam mulia atau pada property. Intinya hari ini kami, sebagai orang tua yang bertanggung jawab pada pendidikan anak, berusaha bekerja sekeras dan secerdas mungkin,  agar bisa membiayai pendidikan terbaik bagi anak-anak kami.

Baca juga : Meningkatkan Literasi Keuangan bagi Ibu Rumah Tangga

 

Persiapan Masa Tua

Bertambah usia itu pasti. Tapi menua dengan penuh gaya itu berbeda. Saya ingin menua dengan sehat secara fisik dan mental. Asupan gizi mulai dari saat ini harus diperhatikan agar tidak menjadi boomerang di masa tua. Misalnya, menertibkan diri dengan makanan sehat. Bolehlah junk food sesekali. Gorengan, kue-kue manis, minuman manis, lemak dan semua yang serba enak di lidah, belum tentu “enak” bagi tubuh kita. Jadi, usahakan hidup seimbang.

Saya tidak diet karena sebagai anggota “moody club”, diet membuat emosian! Versi saya adalah menyeimbangkan makanan buruk dengan makanan baik. Banyak minum air putih, ramuan tradisional, sayur, buah, dan olah raga.

Kesehatan mental saya upayakan dengan bersosialisasi dan me time. Berteman itu  penting, lho. Saya mengamati sendiri betapa bersemangatnya kedua orang tua saya, yang nota bene sudah masuk usia lansia, 70-an tahun,  untuk hadir dalam reuni sekolah. Sebelumnya mereka intens berkomunikasi dengan teman-teman lama melalui grup WhatsApp. Dengan adanya pertemanan di usia senja, bisa mengisi kekosongan saat anak cucu tidak berada di sisi. Orang tua pun butuh kesibukan dan teman bicara. Ini justru menambah semangat hidup mereka.

 

Mendekatkan Diri dengan Keluarga dan Meningkatkan Keimanan


Harapan semua orang adalah memiliki keluarga yang bahagia, berkecukupan,  rukun,  tentram, dan damai. Oleh karenanya saya ingin lebih meningkatkan bonding dalam keluarga kami.  Lebih intens berkomunikasi antar anggota keluarga. Ada saat tanpa gadget dalam keluarga kami. Saat kami bisa mengobrol  dengan lebih akrab dan lebih hangat.

Yang utama dari itu semua adalah saya ingin keluarga ini bisa bersama-sama pula di Surganya Allah kelak. Oleh karenanya, saya akan terus berproses dan memohon keteguhan iman agar senantiasa berada dalam jalur yang diridai Allah. Aamiin.

 

Begitulah harapan-harapan dan persiapan saya mewujudkannya.  Bagaimana dengan Anda?  Senang sekali jika ada yang berkenan sharing di kolom komentar. Terimakasih….


foto :  pixabay

 

Tulisan ini Diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting