Kita punya dua jalan dalam berteman. Teman karena jalan takdir yang tidak bisa diubah dan tidak bisa dipilih ulang adalah kedua orang tua. Sejak terlahir ke dunia, ayah ibu lah teman kita yang pertama. Selain ayah dan ibu, adik dan kakak adalah teman pertama kita. Keberadaan mereka adalah pemberian dari Tuhan yang merupakan berkah tersendiri. Ketulusan mereka tak berbalas, tak terbatas, dan tanpa pamrih.
Mengingatkan Pada Kebaikan
Semakin
dekat pertemanan, biasanya tidak akan ragu lagi untuk saling mengkritik. Jika sahabat
kita melakukan hal yang tidak baik, sudah seharusnya kita beri teguran. Kritik
yang jujur akan lebih baik. Layaknya obat, walaupun pahit, akan menyembuhkan.
Dibandingkan dengan puja puji yang manis namun meracuni.
Mendukung Saat Jatuh, Menolong Saat Sulit
Inilah
yang paling kita harapkan dari seorang teman apalagi seorang sahabat. Saat
senang, pasti banyak yang mengelilingi kita dan mudah saja untuk mengajak teman
beraktivitas atau berkegiatan dengan tujuan bersenang-senang. Tapi saat susah,
adakah? Ada cerita tentang seorang teman
yang kaya raya, bisnisnya sukses besar, harta melimpah di mana-mana. Dalam grup
alumni, dia adalah “boss” yang royal mentraktir sana sini. Hidayah menghampiri sang teman ini, beliau
hijrah, meninggalkan riba dan menjual asset-assetnya untuk menutup hutang riba.
Yang terjadi adalah bisnisnya meredup. Satu demi satu teman meninggalkan sang Boss
karena sudah tidak “asik” lagi diajak gaul. Sudah tidak seru lagi nongkrong
dengan dia karena beliau lebih banyak bicara agama. Rugikah? Secara kasat mata
mungkin iya, namun sejatinya Tuhan telah menseleksi teman untuknya.
Sahabat-sahabat palsu berganti dengan sahabat sejati yang selalu mengingatkan
pada kebaikan. Setelah bergaul dengan mereka yang paham agama, beliau lebih
meningkat keimanannya. Lebih banyak beramal dan meninggalkan foya-foya. Sahabat
seperti inilah kelak akan membawa kita tetap berkumpul di surga.
Jangan Menikamku dari Belakang
Seorang sahabat yang baik tidak akan menyebarkan aib
sahabatnya. Bergosip biasanya adalah ajang penyebaran aib. Mula-mula hanya
diawali dengan “eh, katanya…” kemudian bisa sambung menyambung menjadi novel penuh
bumbu. Tidak terasa menggosip jika sudah diselimuti dengan alibi menyampaikan
fakta. Rahasia yang dipercayakan sahabat kepada kita, seharusnya adalah amanat
yang wajib dijaga. Bukan menjadi bahan obrolan untuk mencairkan suasana.
Menceritakan rahasia, apalagi hal yang memalukan, bagaikan menusuk dari belakang.
Akibatnya adalah hilangnya kepercayaan dari sahabat bahkan kehilangan persahabatan
itu sendiri.
Bantu Aku, Jangan Tinggalkan
Pernahkah Anda melihat sebuah vespa yang mogok di jalan, kemudian tak berselang waktu, ada vespa lain yang menghampiri dan menolong? Inilah sebuah contoh kecil solidaritas persaudaraan skuter. Karena merasa senasib dan memiliki tunggangan yang sama, persahabatan bisa terbentuk, bahkan sedekat saudara. Seperti layaknya pengendara vespa yang tidak meninggalkan teman yang vespanya mogok, seharusnya kita pun bersikap demikian. Jika ada sahabat yang mengalami kesulitan, bantulah semampunya. Kalaupun kita tidak mampu, hubungkan dengan kawan lain yang bisa menolong. Jangan tinggalkan.
Semoga kita semua bisa dipertemukan dengan orang-orang
baik, yang selalu mengajak kepada kebaikan. Tak lelah bersama-sama meng-upgrade
keimanan, dan menjadi jalan agar tetap menjadi sahabat hingga kelak di surga.
Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge
Sahabat Hosting
Teman sehidup sesurga 😍😍😍
BalasHapussetuju mbak...makasih mbak Nia
Hapusah manis sekali ini tulisannya, intinya kita kudu selektif cari kawan ya mba. Aku seneng sekarang punya banyak teman blogger yang menginspirasi dari tulisannya, seenggaknya mereka secara nggak langsung mengingatkan dalam kebaikan untuk kita meski dari jauh, melalui tulisannya :))
BalasHapusbetul sekali mbak, saya tersadar nih, ternyata ada berkah berupa teman-teman blogger, yang walaupun masih baru tapi sangat menginspirasi dan tidak pelit berbagi ilmu. Semoga jadi ladang kebaikan kita ya
HapusPandai-pandai memilih teman ya mbak, biar bisa jadi sahabat dan teman ke surga.
BalasHapusaamiin..benar mbak
HapusSejak ada media sosial malah jadi banyak teman, walaupun teman virtual. Apalagi teman-teman bloger malah tulisannya menginspirasi...
BalasHapusbenar sekali mbak Hani. Berbagi kebaikan lewat tulisan, sangat berarti buat saya. Terimakasih teman2 virtualkuuu
HapusKalau saya sih jujur lebih menyukai sahabat yang mau mengatakan salah jika memang saya salah. Kemudian mengingatkan dan memberi masukan yang baik. Ketimbang seorang yang selalu mengiyakan apa pun kata kita. Padahal belum tentu itu membawa kebaikan.
BalasHapusDan saya setuju dengan ibarat yang digunakan. Obat itu memang pahit. Tapi mampu menyembuhkan. Sementara, kita nggak tahu racun akan dicampurkan pada makanan apa. Terlihat enak, tapi malah mematikan. Hmm...
Masyaa Allah teman sejati memang selalu membawa kita lebih baik dalam segala hal ya, mba. Tolong menolong, wah tulisannya sangat inspiratif😍
BalasHapusAmiin, Salah satu rezeki itu memang teman baik, teman rasa saudara, teman yang mau mengajak pada kebaikan dan mengingatkan jika salah. Kalau teman yang manis-manisnya doang, ya nggak tahu kita gimana isi hatinya.
BalasHapusMemilih teman menjadi sahabat itu yang menjadi masalah penting. Sebab kita bisa punya banyak teman tapi sedikit yang bisa menjadi sahabat. Semoga dari yang sedikit itu kita bisa saling menguatkan. Amin. Sehat selalu ya mba Novi.
BalasHapusSetuju, sahabat kita di dunia semoga juga tetap bergandengan di surga. Sulit bisa menemukan teman yang kemudian bisa naik kelas jadi sahabat, maka mesti kita rawat persahabatan itu sehingga ga hanya di dunia tapi kelak tetap bergandengan di surga.
BalasHapusAlangkah indahnya memiliki sahabat yang bisa mengajak dan mengingatkan kita untuk ke jalan kebaikan ya, Mbak. Apalagi yang bisa mendorong kita berusaha untuk jadi penghuni surga
BalasHapus