Ceritanya pada Bulan Juni 2020 yang lalu, Bapakku tersayang mengalami kecelakaan motor. Jatuh sendiri karena ban motor bagian belakang pecah. Mungkin ban belakang terobsesi mengejar ban depan, sehingga cepat gundul dan mudah pecah. Halah, canda! Karena kecelakaan tunggal ini, Bapak mengalami patah kaki dan harus memakai alat bantu jika berjalan. Hikmahnya adalah Bapak terpaksa menerima kodrat alam, bahwa di usia beliau sebaiknya jangan bermotoran lagi. Hikmah kedua, pada saat itu berlaku PSBB, sehingga klop dengan kondisi Bapak yang belum bisa bepergian ke mana-mana.
Akhirnya pada Bulan Desember, proses pemulihan kaki Bapak menunjukkan kemajuan pesat. Beliau diperbolehkan berjalan tanpa alat bantu. Bisa menapak pelan-pelan walaupun belum bisa terlalu jauh. Cita-cita beliau dalam waktu dekat hanyalah sederhana. Melihat pantai bersama anak cucu semua, komplit full team.
Bulan Desember 2020 adalah peak season. Libur panjang sekolah, libur panjang akhir tahun. Kami perkirakan pasti pantai penuh sekali dan sulit mencari hotel. Ternyata benar, walaupun ada pandemi Covid-19, agak sulit mencari hotel. Kami ingin yang lokasinya dekat pantai agar Bapak tidak terlalu lama berjalan, selain itu agar anak-anak bisa ke pantai di waktu siang, sore, malam, pagi, siang, sore. Nggak berurutan ya waktunya? Iya karena kami merencanakan sampai lokasi Sabtu siang dan kembali Minggu sore.
Rencana Bulan Desember 2020 terpaksa mundur ke Januari 2021. Tidak apa, yang penting terlaksana. Jauh-jauh hari saya berdoa agar diberi kelancaran dan cuaca mendukung. Bayangkan kalau hujan seharian, maksud hati bermain pasir di pantai menjadi berkurung diri di kamar. Bukan liburan lagi namanya. Anak-anak menghitung hari dan ceriwis bertanya, kapan tiba saatnya berlibur ke pantai dengan para sepupu.
Alhamdulillah
hari H datang. Cuaca hari Sabtu, 9 Januari 2021 terang benderang. Langit
bersahabat tanpa mendung menggantung. Sebagai catatan, tanggal 11 adalah mulai
diberlakukannya PSBB di Yogyakarta. Sudah nyaris batal saja acara ini.
Pantai
Parangtritis adalah tujuan pertama kami. Karena semenjak pandemi kami
sekeluarga juga belum berkunjung ke pantai, rasanya terasa sangat istimewa.
Kebahagiaan anak-anak menular pada kami yang dewasa. Kami mendapat tempat
menginap yang cukup nyaman. Di area atas, dekat gardu pandang. Kelebihan
menginap di villa area atas Parangtritis adalah bisa menikmati panorama laut
dan sekitarnya dari ketinggian dengan leluasa. Kekurangannya adalah untuk
mencapai lokasi membutuhkan effort tersendiri. Jalan menanjak dan tidak rata.
Ternyata, sedekat apapun villa yang dipilih, ke
pantainya tetap harus jalan kaki. Minimal dari tempat parkir ke bibir pantai.
Bapak sangat bersemangat mencium udara laut. Berdua dengan Ibu, Bapak berjalan
menuju pantai dibantu tongkat saktinya. O,iya, sekarang kemana-mana beliau
harus memakai tongkat untuk berjalan. Komentarnya pertama kali : “Wah, seperti mbah kakung beneran ini” Lah,
memang mbah kakung, kan cucunya sudah 5 biji! Bapak pelan-pelan melangkah namun ternyata
kurang 200 meter saja, Bapak menyerah. Kecapekan dan mengkuatirkan kaki beliau, takut jika
nantinya terasa sakit lagi. Ya sudah akhirnya para anak dan cucu, semuanya ada
9 orang, melanjutkan ke pantai, sementara Bapak dan Ibu saya titipkan di tenda
penjual kelapa muda. Ya terpaksa, tapi ini juga masuk cita-cita kok. Minum
kelapa muda di tepi pantai. Walaupun tidak tepi-tepi amat!
Sementara anak-anak asyik menghabiskan waktu bermain
di pantai, membuat istana pasir, sesekali menantang ombak yang datang, namun
kemudian lari terbirit-birit ketika mereka datang, saya justru gelisah.
Berkali-kali menengok ke deretan penjual kelapa muda. Sedang apa orang tua
saya, senangkah di sana?
Ketika melihat delman yang banyak berjajar di
pinggiran pantai, terbersit ide dari adik untuk menjemput mereka dengan delman.
Bagai kereta kencana, delman Parangtritis menjumpai kedua orang tua saya di
tenda kelapa muda. Silahkan naik, raja dan ratu!
Bapak dan Ibu senang bisa menikmati pantai dari jarak
dekat, saya pun jauh lebih senang sekaligus lega bisa menyenangkan mereka.
Bahkan kusir delman pun ikut Bahagia karena dapat carteran keliling-keliling
pantai. Dengan bersemangat dia mengentertain kedua orang tua saya dengan
atraksi kuda ngebut di atas pasir, hingga Ibu berteriak-teriak panik. Tapi pak
kusir baik hati juga, suka rela menjadi juru kamera. Hmm..bak foto prewedding!
Sekitar pukul 19.00 kami kembali ke villa. Menikmati jahe panas, ditemani suara ombak di kejauhan. Malam no gadget dihabiskan dengan mengobrol dan bermain uno bersama, untuk kemudian beristirahat dan bersiap petualangan selanjutnya di pantai esok hari.
Mungkin benar apa yang dikatakan orang bijak, tingkat
kepuasan dan keseruan berwisata tidak hanya ditentukan oleh lokasinya, namun
juga dengan siapa yang menemani. Berlibur komplit sekeluarga kecil mungkin
sering, namun kali ini terasa sangat istimewa karena bisa berlibur dengan suami
dan kedua anak saya, bapak dan ibu, serta adik kandung dan seluruh anggota
keluarganya. Sungguh travelling yang menentramkan dan tak terlupakan. Maka nikmat Tuhanmu yang
manakah yang kau dustakan?
Tips jika travelling ke pantai Parangtritis adalah
pakailah pakaian sesimpel mungkin. Pasir yang masuk ke saku-saku celana dan
lipatan baju, susah sekali hilangnya. Kedua, bawa kantong plastik untuk
menampung sampahmu sendiri. Jujur saja, banyak pedagang dan pengunjung yang
asal saja membuang sampah ke pantai. Ketiga, jika membawa orang tua atau
lansia, sewakan delman.
Alhamdulillahi rabbil alamiin.
Tulisan ini diikutsertakan dalam 30 Days Writing Challenge Sahabat Hosting
Aku kangen banget ikh mba liburan ke pantai. Padahal rencananya tahun kemarin kami ingin mengajak keluarga besar kami buat liburan juga ke pantai. Tapi karena lagi pandemi dan sayanya sedang hamil. Akhirnya nggak jadi hihihi. Semoga pandemi segera berlalu ya mba, biar kita kembali bebas ke sana ke mari tanpa rasa khawatir
BalasHapusYes mbak Yenny, kemarin sih pantainya nggak terlalu ramai jadi lumayan nyaman. Ada petugas yang berkeliling mengingatkan pengunjung tentang prokes, masker dll
HapusWaah serunya bisa ke pantai. Aku di Bandung harus khusus jalan nih kalau mau ke pantai. Senengnya Yang Kakung & Putri bisa piknik bareng cucu²...
BalasHapusBikin cepat sembuh juga tuh kumpul keluarga.
alhamdulillah..aamiin. Iya mbak Hani, perasaan senang bisa menjadi obat yg efektif. Bapak ibuku senang, dan terutama anak-anak, sudah nagih kapan piknik lagi
HapusWah tulisan tentang pantai lagi, jadi pengin juga liburan ke pantai nih. Sayang tempatku agak jauh dari pantai mbak, tetapi kami biasa memgunjungi kota sebelah yang memiliki banyak pantai. Memang senang ya kalau bisa berlibur bersama orang-orang tersayang, ada kepuasan dan kenikmatan tersendiri. Semoga Bapak lekas membaik dan sembuh seperti sedia kala.
BalasHapusaamiin ya Rabb..makasih doanya mbak Ulfa.iya nih, pantai lagi...hehehe...Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan Allah ya.
HapusKangen ke pantai parangtritis lagi tapi sepertinya harus bersabar karena psbb ini. Senang ya mbak, bisa libur bersama keluarga juga orangtua.
BalasHapuspantai-pantai di Gunungkidul layak dicoba juga mbak. masih baru-baru dan bagus. Indrayati, Slili, Pok Tunggal, Sundak, dan banyak lagi
HapusSemoga Bapak sehat selalu ya, Mbak
BalasHapusSenangnya bisa jalan-jalan ke Pantai Parangtritis bersama keluarga...duh terakhir kesana saat kuliah saya hahaha...20 tahun lebih yang lalu
Rencana Desember kemarin mudik sekalian jalan ke Jogja tapi karena pandemi batal mudiknya hiks
Jadi mupeng ke pantai lihat foto-fotonya